Meneropong Metode Dakwah Rasulullah saw
Secara umum ia juga adalah mengeluarkan manusia dari tradisi kejahiliyyaan kepada cahaya tradisi Islam yang terang-benderang. Inilah aktifitas yang dahulu pernah dilakukan oleh para rasul dan nabi. Kemudian dilanjutkan oleh para pewaris mereka sepanjang sejarah.
Demikian pula dakwah menyeru kepada kebaikan Islam secara konprehensif ini juga sampai kepada kita yang hidup di era modern sekarang. Keadaan zaman yang terus berkembang dan budaya manusianya yang juga terus berubah, tidak justru menyebabkan dakwah itu harus mati dan kehilangan jati dirinya. Dakwah tetaplah dakwah. Tapi yang harus diperhatikan adalah manusianya sebagai pelaku utama, uslub dan manhajnya yang harus dipelajari. Hal ini dimaksudkan dalam rangka agar dakwah ini tetap berada dalam garis perjuangan risalah yang sebenarnya. Tidak menyimpang apalagi keluar dari misi suci yang sebenarnya.
Tapi, bukan berarti uslub dan gaya dakwah harus mengikuti perubahaan zaman tanpa mengindahkan metode yang digunakan oleh Rasulullah saw sebagai suri teladan. Tidak! Tapi dakwah yang tetap berada dalam garis yang diajarkan oleh beliau tapi juga dikemas oleh masa kekinian tanpa menghilangkan identitas keasholahan itu sendiri. Namun secara umum, kita bisa mengeksplorasi banyak dari garis asholah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw, dilanjutkan oleh para sahabatnya dan para tabi'in setelah mereka. Setidaknya kita bisa simak konsep asasi dakwah dalam firman Allah swt berikut:
لقد من الله على المؤمنين إذ بعث فيهم رسولا من أنفسهم يتلوا عليهم آياته ويزكيهم ويعلهمم الكتاب والحكمة وإن كانوا من قبل لفى ضلال مبين
Artinya: "Allah telah memberikan nikmat kepada orang-orang beriman ketika Dia mengutus kepada mereka seorang rasul yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, membersikan hati mereka, mengajarkan kitab (al-Qur'an) dan hikmah (hadits,pelajaran) di saat mereka berada dalam kesesatan yang nyata."(Qs al-Baqoroh:164)
Perhatikan manhaj yang demikian mulia pada ayat di atas.
Diutusnya Rasulullah saw, Muhammad sebagai seorang duta ilahi kepada kemanusiaan ke muka bumi ini adalah nikmat pertama bagi manusia saat itu. Eksistensi di tengah-tengah bangsa jahiliyyah saat itu bagaikan tetesan air embun di pagi hari yang menyejukkan kalbu mereka yang terbangun di pagi untuk merasakan kelembutan dan kesejukkannya.
Sosok beliau yang sempurna memancarkan cahaya, magnet dan kerinduan bagi manusia yang berada dalam kesesatan dan kejahiliyaan turun-temurun.
Lalu, tugas beliau sebagai seorang rasul dan duta Allah adalah membacakan ayat-ayat Allah, al-Qur'an kepada mereka. Sentuhan wahyu yang langsung bersumber dari-Nya adalah manhaj mutlak yang tidak terhindarkan lagi. Betapupun hitam dan berkaratnya hati-hati mereka. Sebab al-Qur'an adalah nikmat yang tertulis sebagai panduan dan pedoman. Sedangkan sosok Rasulullah adalah nikmat yang berjalan sebagai penterjemah riil dari konsep al-Qur'an itu.
Biasanya, siapa saja yang ingin membangun peradaban tanpa mengacu kepada manhaj yang suci ini pasti akan rapuh dan bagaikan rumah laba-laba yang gampang roboh. Bagaimanapun kekuatan faktor lain yang dijadikan sebagai daya dukungnya. Dan sudah banyak contoh-contoh yang mengisahkan hal ini.
Saat ini, yang menjadi kelemahan umat Islam adalah kelemahan dan ketidaksadaran untuk back to al-Qur'an. Wallahu a'lam, apakah ini bentuk dari kembali kepada ajaran jahili dahulu yang akan membuat mereka jadi tersesat dan terancam malapetaka kemanusiaan? Semoga saja tidak. Demikian pula dengan banyaknya arus pemikiran yang jauh dari nilai-nilai al-Qur'an. Dan juga sengaja mengomersilkan ayat-ayat al-Qur'an agar mudah diterima di tengah-tengah masyarakat, tapi sebenarnya mereka sedang 'menjual' ayat-ayat Allah ini.
Mungkin rahasia kenapa kita disuruh untuk kembali kepada al-Qur'an dengan cara mempelajari dan mentadabburinya adalah agar kita terus dinamis, makin terbuka dan terangsang untuk melakukan eksplorasi lebih dalam terhadap luasnya kandungan isinya. Semakin dieksplor al-Qur'an maka akan semakin membangkitkan kesadaran kita untuk mengamalkannya.
Kemudian, Allah juga menjelaskan tujuan di balik melakukan aktifitas tilawah, tadabbur dan ta'amul (muamalah) ini. Apa itu? Yakni proses tazkiyah (pensucian jiwa). Memang, bagi kita yang selalu konnek dan menjalin interaksi yang intensif dengan al-Qur'an, maka akan semakin terasa akan bangkitnya proses tazkiyah ini. Sebab al-Qur'an memang diturunkan untuk mentazkiyah hati dan jiwa manusia. Membersihkannya dari dosa dan kekotoran maksiat. Tidak ada proses tazkiyah yang demikian dahsyat dalam hidup ini selain tazkiyah yang diperoleh dari nilai-nilai al-Qur'an.
Hingga pada akhirnya dari semua tahapan itu muncul proses ta'limul kitab dan hikmah (yakni pengajaran terhadap al-Qur'an dan sunnah). Al-Qur'an, sunnah Rasulullah saw dan hikmah adalah sisi yang selalu terpaut pada diri seorang mukmin. Selama seorang muslim melakukan ta'amul yang baik, benar dan intensif Insya Allah kenikmatan-kenikmatan dalam dakwah ini akan semakin terasa. Walaupun ia dikelilingi oleh berbagai hambatan dan rintangan yang memang sudah menjadi sunnatullah (hukum Allah) dan sunnatul hayah (hukum kehidupan).
Saudaraku..Inilah bentuk konsep asholah yang dahulu dilakukan Rasulullah saw kepada para sahabat dan generasi setelahnya. Dengan lahirnya syakhsiyyah Islamiyyah hasil tempaan robbani ini, peradaban duniapun mudah diraih dan sejarah keemasan manusia sepanjang sejarahpun tergores.
Kini, umat, bangsa dan pemimpin sangat menanti penerapan manhaj yang terbaik ini. Masihkah kita terombang-ambing, sementara al-Qur'an sebagai dustur itu berada di tengah-tengah kita dan jejak Rasulullah bersama kita?
Hanya mereka yang masih memiliki nurani dakwah dan kesadaran terhadap masa depan dakwah ini saja yang sanggup memikul beratnya amanah Allah.
Hasbunallahu wani'mal wakil. Ni'mal mawla wani'man nashir.
Wallahu a'la bish-showab
(Hidayatullah, Lc)
No comments:
Post a Comment