Wednesday, February 9, 2011
Kesalahan Jalaluddin Rakhmat Terbongkar dalam Dialog Syiah di Makassar
Ketua
Dewan Syura Jamaah Ahli Bait (Ijabi) Indonesia Prof Dr KH Jalaluddin
Rakhmat (JR) tampil Sebagai pemateri tunggal dalam Dialog Muballigh
dengan tema : “Syiah dalam Timbangan Alquran dan Sunnah”. Kamis Malam,
1 Januari 2009 di hotel horison Makassar.
Dedengkot Syiah Indonesia, yang biasa disapa Kang Jalal ini,
memaparkan makalahnya dengan judul “Mengapa Kami Memilih Mazhab
Ahlulbait as.?”.
Acara yang dilaksanakan oleh Lembaga Studi dan Informasi Islam
(LSII) Makassar , yang diketuai Syamsuddin Baharuddin dan didukung ICC
dan Ijabi ini dihadiri tiga asatidzah dari Wahdah, yakni Ust. M. Said
Abd.Shamad, Ust. M. Ikhwan AJ, Ust. Rahmat AR dan beberapa ulama,
cendekiawan dan muballigh Kota Makassar, di antaranya Prof. Dr. Rusydi
Khalid, Prof.Dr. Ahmad Sewang, Prof.Dr. Qasim Mathar, Fuad Rumi, Das’ad
Latif, DR.Mustamin Arsyad, MA .
Dalam sesi kedua, dialog yang dipandu oleh pengamat politik Islam
UIN DR.Hamdan Juhannis ini, Ustadz Rahmat mendapat kesempatan pertama,
mengutarakan argumen.
Ustadz yang merupakan Ketua Lembaga Kajian dan Konsultasi Syariah
(LKKS) Wahdah Islamiyah ini, sebelum mengomentari makalah JR,
mengatakan bahwa Ahlus Sunnah tidak pernah membenci Ahlul Bait,
Ahlussunnah sangat paham terhadap Sunnah dan menjunjung tinggi wasiat
Rasulullah untuk mencintai Ahlul Bait.
Dari makalah tersebut, Ustadz memberikan komentar tentang
buku acuan yang dituliskan JR, “ini adalah suatu bentuk pengelabuan
terhadap data, dalam pembicaraan tentang buku-buku yang diambil acuan
ternyata tidak seperti apa yang dituliskan atau kurang menyimpulkan
secara sempurna”.
Pembatasan Ahlul Bait hanya Ali, Fatimah, Hasan, Husain Radhiyallahu Ajmain
Misalnya, tentang pembatasan ahlul bait hanya Ali, Fatimah, Hasan,
Husain Radhiyallahu Ajmain yang berkenaan dengan Surah Al Ahzab:33.
Disebutkan dalam makalah JR:
“Masih dari Ummu Salamah: Ayat ini-Sesungguhnya Allah…-turun di
rumahku. Aku berkata:Ya Rasululah, bukannkah aku termasuk
Ahlulbait?Beliau bersabda:Kamu dalam kebaikan. Kamu termasuk
istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.. Ia berkata Ahlul
bait adalah Ali, Fathimah, Al Hasan dan Al Husain. Kata Ibn
Asakir:Hadits ini Shahih (Al Arbain fi Manaqib Ummil Mu’minin 106).
Hadits-hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa ahlulbait itu tidak
termasuk ke dalamnya istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”
Ketua Departemen Dakwah DPP Wahdah ini sambil memegang laptop yang
dilengkapi dengan program Maktabah Syamilah (kumpulan ribuan kitab),
menegaskan bahwa adanya pembatasan tersebut di atas tidak sesuai dengan
apa yang ada dalam syarah Shahih Muslim yang bekenaan dengan hal
tersebut. Ketika kita kembali kepada surahAl Ahzab:33, ayat ini justru
turun kepada Istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Hadits yang menyebutkan pembatasan di atas sebenarnya tidak
bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Zaid Ibnu Arqam
Radhiyallalu ‘Anhu yang disebut juga dalam penjelasan JR sebelumnya.
“Said Ibnu Arqam Radhiyallalu ‘Anhu ditanya tentang siapa itu Ahlul
Bait, apakah hanya khusus Ali, Fathimah, Al Hasan dan Al Husain? kata
beliau Radhiyallalu ‘Anhu, bahwa istri-istri Nabi adalah ahlul bait
beliau, kemudian siapa yang diharamkan memakan sedekah, beliau
mengatakan alu ja’far, alu atiq, alu Abbas (HR.Muslim). Menurut Ustadz
Rahmat bahwa semua itu dari keturunan bani Abdul Muttalib, dan tentu
termasuk Istri-istri Nabi, sebab ayat tersebut memang turun untuk
mereka.
Dari hadits ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa JR hanya
mengambil hadits yang mendukung pemahaman Syiah, tanpa melihat hadits
shahih yang lainnya, sehingga mengambil kesimpulan pembatasan ahlul
bait yang keliru.
Masalah Kepemimpinan Setelah Rasulullah jatuh ke tangan Ali Radhiyallalu ‘Anhu
Contoh kedua, tentang Ayat Wilayah (kepemimpinan) yang tercantum dalam
makalah. Disebutkan pemimpin dalam alquran disebut ‘waliy”. Al Quran
sudah memberikan petunjuk siapa yang sepatutnya dijadikan pemimpin
setelah Allah dan RasulNya: Sesungguhnya pemimpin kamu itu hanyalah
Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman yang mendirikan shalat dan
mengeluarkan zakat dalam keadaan rukuk (Al Maidah:55). Berkata Ibn
Abbas, Al Suddi, Utbah bin hakim dan tsabit bin Abdullah:yang dimaksud
dengan orang-orang beriman yang mendirikan salat dan mengeluarkan zakat
dalam keadaan rukuk adalah Ali bin Abi Thalib. Seorang pengemis lewat
(meminta tolong) dan Ali sedang rukuk di Masjid. Lalu Ali menyerahkan
cincinnya (tafsir al Tsa’labi 4:80).
Di antara rujukan yang dipakai JR dalam menetapkan sebab turunnya
ayat ini adalah Tafsir Ibnu Katsir, namun setelah diperiksa ternyata
Ibnu Katsir sendiri melemahkan riwayat yang menyatakan ayat ke 55 ini
turun karena Ali ibn Abi Thalib dan menegaskan bahwa sebab turunnya
ayat-ayat al-Maidah ini adalah untuk Ubadah ibn as-Shamit Radhiyallalu
‘Anhu.
Sebelumnya, Ibnu Katsir menjelaskan makna (wa hum raki’un), bahwa
kalimat ini bukan menunjukkan keadaan bagi orang yang berzakat sebab
jika demikian berarti berzakat dalam keadaan ruku’ lebih afdhal dari
berzakat tidak dalam keadaan ruku’ dan tidak ada seorang ulama pun yang
mengatakan akan hal itu. Namun sayang JR tidak menyebutkan komentar
Ibnu Katsir untuk sebab turunnya ayat ini, metode penetapan yang
dipakai menyiratkan bahwa Ibnu Katsir sepakat dengan mazhab ini padahal
itu jauh panggang dari api. (Tafsir Ibnu Katsir, Qs. Al-Maidah:55)
Tidak Mengakui Kedudukan Hadits perintah untuk kembali kepada “Al Qur’an dan Sunnahku”.
Terakhir, komentar Ustadz Rahmat, tentang hadits kembali pada Al Quran
dan Assunnah yang didhaifkan. Sayang JR tidak kembali ke perkataan
al-Albani sebagaimana kuatnya, ia merujukkan hadits al-Qur’an dan
al-Ithrah ke beliau, padahal al-Albani menshahihkan keduanya. (Hadits
al-Kitab dan Sunnahku dishahihkan dalam Shahih at-Targib wat Tarhib,
Hadits No. 40)
Hadits Itrati kalau dilanjutkan dalam As-Shahihah al-Albani sangat
jelas mengatakan orang-orang Syiah menggunakan hadits ini untuk
membenarkan mazhab Rafidhah dan hal itu sama sekali tidak benar, tidak
seperti itu, beliau bantah dalam kitab tersebut, bahkan dalam
mukaddimah kitab tersebut.
Kitab lain yang dipakai oleh JR dalam membenarkan mazhabnya adalah
Kitab as-Shawaiq al-Muhriqah karangan Ibnu Hajaral-Haitami, justru
kitab itu untuk membantah Syiah, judulnya adalah: as-Shawaiq
al-Muhriqah fi ar-Raddi ala Ahli ar-Rafdhi wa ad-Dhalali wa az-Zandaqah
, ini bantahan Syiah yang “menuhankan” Ahlul Bait, namun sayang JR
tidak jujur dalam mengambil pendapat-pendapat penulis.
“Seandainya ada waktu mengecek semua riwayat ini (dalam makalah JR),
saya yakin bahwa riwayat-riwayat dalam buku tersebut, tidak seperti
yang diinginkan Kang Jalal dalam Istidlalnya”, tegas Ustadz menutup
komentarnya.
Pada kesempatan kedua, Ustadz Muh.Said Abd.Shamad, Lc mengutarakan
komentarnnya. Ketua Dewan Syariah WI ini diawal pembicaraannya
mengusulkan agar pembicaraan ini tuntas, “ Biar sampai jam 1 malam saya
siap, karena kita mencari kebenaran”, katanya.
Ustadz juga sangat menyesalkan kepada panitia karena makalahnya
tidak dibagikan sebelum hari H, sehingga tidak punya banyak waktu untuk
mengkritisi.
Mencela dan Melaknat Sahabat Amr bin Ash
Pada sisi yang lain, Ustadz mengingatkan tulisan Supha Atana pada
konferensi Syiah di Makassar beberapa waktu lalu, yang berjudul “Mahzab
Cinta dan Akhlak” yang banyak memuji JR sebagai Ulama dan Cendikiawan
yang paling intens membicarakan dan menganjurkan Mahzab Cinta dan
Akhlak. Supha Atana yang sekarang Pimpinan Iran Corner Unhas mengatakan
juga bahwa andaikata tidak karena cinta dan akhlak maka setiap hari
kita akan mengkafirkan orang lain.
Dan dalam forum malam ini JR mengemukakan hadits yang menurutnya
sudah banyak dilupakan oleh kaum muslimin, yaitu bahwa darah kamu,
harta kamu dan kehormatan kamu diharamkan dan tidak boleh dirusak .
Ungkapan di atas sangat bertolak belakang sekali dengan tulisan JR
dalam bukunya terbitan 2008 yang lalu yang sangat mempermalukan dan
mengkafirkan Sahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Dalam buku
tersebut JR menyebut Sahabat Amr bin Ash Radhiyallahu Anhu sebagai anak
haram yang tidak diketahui bapaknya secara pasti dan dia sangat banyak
dilaknat oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Siapa yang dilaknat
oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berarti dilaknat oleh Allah.
Ternyata kitab rujukan JR adalah kitab golongan Syiah yang memang
sangat membenci Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sangat
banyak memalsukan keterangan-keterangan dengan dalil-dalil yang lemah
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, sehingga Imam Syafii mengatakan
bahwa golongan yang paling berani dan paling banyak membuat kepalsuan
dan dusta ialah golongan Syiah.
Padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memuji Amr bin Ash dengan
sabdanya: Manusia sekedar masuk Islam, tapi Amr Bin Ash masuk Islam
dengan iman (Hadits Shahih riwayat Ahmad dan Tirmidzi). Juga Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Kedua anak al Ash (termasuk Amr
bin Ash) adalah orang berimannya Qurais. Beliau masuk Islam dalam
perjanjian Hudaibiyah kemudian ditugaskan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam memimpin tentara Islam dalam perang Dzat al salasil dan
selanjutnya ditugaskan sebagai penguasa di Oman. Beliau terkenal
sebagai Panglima Islam yang banyak merebut daerah-daerah baru termasuk
Palestina dan sekitarnya serta negeri Mesir, maka beliau ditunjuk
sebagai Gubernur di Mesir oleh Muawiyah RA pada tahun 38 H. Beliau
meriwayatkan 39 hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (lihat
Nushatul Muttaqin Syarah Riyadul Shalihin Hal.1324). Oleh karena itu
Ustadz Said meminta JR mempertanggung jawabkan tulisannya dengan dalil
yang Shahih.
Mengkafirkan Sahabat Muawwiyah Radhiyallahu ‘Anhu
Selanjutnya, JR menulis tentang Sahabat Muawwiyah Radhiyallahu ‘Anhu
bahwa dia itu bukan saja fasik bahkan Kafir menurut riwayat versi
Syiah. Ustadz Said sangat tersinggung akan hal tersebut.
Kata Ustadz, Muawiyah, iparnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan
penulis wahyunya. Mungkinkah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memilih
orang yang berjiwa kafir sebagai Penulis Wahyu? Juga Muawiyah
Radhiyallahu ‘Anhu ditunjuk oleh Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu
‘Anhu dan sesudahnya Khalifah Utsman juga menunjuk sebagai Gubernur di
Syam. Bahkan beliau menjabat sebagai Khalifah sesudah Hasan bin Ali
Radhiyallahu ‘Anhu sekitar 20 tahun. Beliau meriwayatkan hadits Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebanyak 130 (lihat Nushatul Muttaqin
Syarah Riyadul Shalihin Hal.1330).
Dan ternyata Muawwiyah Radhiyallahu ‘Anhu telah didoakan Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: Ya Allah jadikanlah iya orang yang
memberi petunjuk, orang mendapat petunjuk dan berilah petunjuk manusia
dengannya (Hadits Shahih riwayat at Tirmidzi). Begitu banyak kelebihan
Muawiyah yang tidak dapat disebut satu per satu dapat kita lihat
diantaranya dalam kitab al ‘awashim min al qawasim hal.202-210 karangan
al Qadhi Abi Bakr al Arabi
Bukan itu saja bahkan JR menulis dari sumber yang sama bahwa
Muawiyah itu tidak senang mendengar nama Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam selalu disebut dalam Adzan dan menganggapnya sebagai tanda
bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat ambisius karena tidak
senang kecuali namanya digandengkan dengan nama Allah Rabbul Alamin.
Beginikah Mahzab cinta dan akhlak?dan beginikah menjaga kehormatan kaum muslimin?
“Kami, Pak Jalal, sangat sakit hati kalau keluarga kami dicela,
apalagi dikatakan anak haram, dan dikafirkan. Tapi kami lebih sakit
hati lagi kalau Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dikatakan
anak haram, tidak ditau orangtuanya, dikatakan kafir”, Ungkap Ustadz
dengan nada sedikit tinggi.
Lanjut Ustadz, Kalau tulisan JR yang berdasarkan keterangan yang
lemah tersebut diterima, berarti kita mendustakan al Quran dan Hadits
yang Shahih yang sangat banyak memuji para Sahabat Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam. Dan juga dapat berdampak kita meragukan al Qur’an
yang telah dikumpulkan oleh para Sahabat dan juga menunjukkan bahwa
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak mampu mendidik para Sahabatnya
dengan baik. Naudzu Billahi min Dzalik dan sangat mengherankan JR
sampai hati menulis tentang Sahabat dengan secara keji.
Ustadz sempat membacakan surah al Fath ayat 29: “Muhammad itu adalah
utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu
lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka
dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka
tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan
tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir”, Imam Malik mengatakan, orang-orang Syiah yang benci terhadap
Sahabat adalah orang kafir berdasarkan ayat ini.
Fathimah Melaknat Abubakar Radhiyallahu ‘Anhu (Pada akhirnya dikatakan Rasulullah dan Allah Melaknat Abubakar)
Dalam buku kecil yang memuat ceramah Asyura, JR mengatakan bahwa
Fatimah Radhiyallahu ‘Anha telah mengutuk Abubakar Radhiyallahu ‘Anhu
karena tidak memberikan kepadanya harta peninggalan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hal tersebut dibenarkan oleh JR
berdasarkan hadits bahwa Fathimah itu adalah bahagian Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Apa yang menjadikan Fathimah murka
berarti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga akan murka dan
melaknatnya dan apa yang dilaknat oleh Rasul berari dilaknat oleh
Allah. Lalu JR membaca ayat surat al ahzab ayat 58.
Ustadz Said mengatakan bahwa sebenarnya Abubakar Radhiyallahu ‘Anhu
tidak memberikan harta peninggalan tersebut karena berdasarkan hadits
yang shahih bahwa para Nabi itu tidak diwarisi, harta yang dia
tinggalkan adalah menjadi sedekah (Hadits Bukhari Muslim).
Dan dalam hadits yang lain disebutkan bahwa Fathimah telah memaafkan
Abubakar Radhiyallahu ‘Anhu diahir hayatnya, setelah Abubakar datang
menjenguknya dan meminta ridhanya (Hadits Riwayat Baihaqi dengan sanad
yang kuat, lihat albidayah wa al Nihayah Juz V Hal.253)
Di akhir sesi dialog, Ustadz Said dengan lantang menantang JR untuk
berdiskusi pada waktu yang lain dan menegaskan bahwa Sunni-Syiah tidak
akan mungkin dapat dipertemukan. Alasannya karena Sunni sangat
menghormati Sahabat Abubakar, Umar, dan Ustman dan Ali Radhiyallahu
‘Anhu Ajmain, sedangkang Syiah hanya mengakui Syaidina Ali Radhiyallahu
‘Anhu dan sangat mencerca tiga sahabat sebelumnya serta menganggap
bahwa melaknat seluruh Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selain
ahli bait dan pengikutnya, sebagai ibadah.
Lain halnya dengan Ustadz Ikhwan yang menjadi penanggap berikutnya,
Ustadz memulai dengan sedikit nostalgia pada masa SMU, terkesan dengan
buku karangan JR yang berjudul Islam Alternatif, “lama-kelamaan saya
menyadari barangkali yang dimaksud JR Islam alternatife itu adalah
Syiah”, ungkap Ustadz dengan nada bertanya.
Komentar Wakil Ketua Umum DPP WI ini selanjutnya, tentang
ketertarikannya dengan ungkapan JR mengenai orang Syiah yang ahlul wara
wal wafa, orang yang obyektif dan adil dalam memberi penilaian. Ustadz
sedikit terusik, dikatakan JR dalam bukunya bahwa Imam Adzahabi menulis
Mizanul I’tiqadi untuk memberi komentar kepada perawi dhaif.
Lanjut Ustadz, justru dalam mukaddimah Mizanul I’tiqadi diungkapkan
bahwa, Imam Adzahabi mengatakan “saya tidak mengatakan semua yang saya
sebutkan dalam buku saya, adalah perawi-perawi dhaif, tetapi
orang-orang yang dianggap dhaif”. Maka dapat dikatakan itu adalah mizan
(timbangan), apakah benar itu dhaif atau tidak.
“Makanya saya semakin terusik lagi ketika sempat membaca kitab al
Mustafa pada bagian masa muda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Pak
Jalal di situ mengomentari seseorang yang sangat terkenal, Sufyan Ats
Sauri disebut :yudallis (mengelabui) wayaktubu anil kadzabin
(pembohong). Saya merasa terheran-heran karena sebelumnya saya pernah
membaca tahzibut tahdzib Ibnu hajar, sebagian ulama mengatakan bahwa
beliau adalah amirul mukminin fil hadits. Di buku Mizanul I’tidal Di
buku Mizanul I’tidal, ternyata Sufyan Ats Tsauri adalah al Hujjah Ats
Sabtu (Sumber yang dipercaya), ada kata yang tidak dimasukkan kang
jalal, saya tidak tahu apakah itu kutipan langsung atau kutipan antara
dari kitab sirah an nabi al a’dham.
Dikatakan bahwa: Laa ‘ibrata liman qala innahu yudallis (mengelabui)
wayaktubu anil kadzabin, yang artinya : tidak ada atau tidak dianggap
(ini kata yang tidak dimasukkan), orang yang mengatakan bahwa ats
Tsauri melakukan tadlis dan menulis dari orang-orang dusta. Sekali lagi
saya tidak tahu dan saya tidak ingin menghakimi di sini apakah Pak
Jalal menyengajakan diri mengutip atau tidak membaca”, terang Pengurus
MUI Kota Makassar ini.
“Saya berharap bahwa kita dapat berjumpa di dalam media yang lebih
tepat, dalam dialog yang lebih sehat dan dalam ruang yang lebih
obyektif”, tutup Ustadz dalam komentarnya.`
Senada dengan Asatidzah Wahdah, Dr.Hj.Amrah Kasim, MA, Dosen UIN
Alauddin Makassar di awal komentarnya menyatakan penolakannya terhadap
ajaran Syiah. Lulusan Al Ahzar Kairo ini pernah menanyakan ke
Ulama-ulama Al Ahzar, kenapa referensi Syiah tidak diajarkan di kampus
yang dikenal menara ilmu ini. Lalu Ulama-ulama Al Ahzar menjawab: “Ya
Binti, nahnu nuhibbu Rasulallah wa Ahlal Bait, wa lakin laa natasyayya’
”, disambut teriakan Alllahu Akbar dari beberapa peserta, artinya: kami
mencintai Rasulullah dan Ahlul Bait dan kami tidak bersyiah. “Sikap
saya seperti itu juga, saya mencintai Rasulallah, Ahlul Bait tapi saya
tidak bersyiah”, tegas yang mengaku Azhary ini di dalam forum itu.
Kesalahan Fatal Menerjemahkan Penggalan Surah Al Maidah:55 dan Surah Al Ahzab:33
Yang kedua, yang dikomentari Direktur Pesantren Putri IMMIM Makassar
ini setelah menyimak buah-buah pikiran JR. Kesalahan fatal JR dalam
penerjemahan surah al Maidah:55 dalam penggalan ayat, …innama
waliyyukum…. “ , suatu kekeliruan menerjemahkan innama menjadi
sesungguhnya. “innama itu, tidak bisa diterjemahkan sesungguhnya di
situ, itulah salah satu perilaku orang Syiah dalam membelokkan makna
ayat untuk kepentingannya”, jelas Istri Doktor Tafsir Al Ahzar,
DR.Mustamin Arsyad MA ini.
Berikutnya, yang fatal sekali, tidak dimasukkannya Istri Nabi dalam
Ahlul Bait. “Keluarnya zaujati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
dari Ahlul Bait, saya pikir ini adalah suatu kekeliruan besar (disambut
ucapan Allahu Akbar dari Ustadz Said). Saya banyak mengkaji buku-buku
Syiah, memang metodenya sama, banyak membelok-belokkan makna ayat “,
tegasnya lagi.
Sementara itu, JR dalam jawabannya mengakui kesalahannya, termasuk
tanggapannya terhadap Dr. Hj. Amrah, tentang kesalahannya dalam
menerjemahkan Al Qur’an surat Al Maidah: 55, JR minta maaf.
Sebagai kesimpulan dari dialog tersebut, JR yang terpojok dialog ini
akhirnya berkilah kalau dirinya bukan syiah, “Saya cinta ahlul bait,
dan Saya tidak jadi Syiah, (lalu dilanjut) tapi Syiah menurut definisi
saya, dan itu definisi yang diajarkan oleh para iman ahlul bait kami,”
kilah JR. Meskipun dari ucapan itu dapat dipahami hanyalah kedok
semata, sebab selama ini JR selalu mengagung-agungkan mazhab Syiah,
termasuk banyak mengangkat referensi syiah, bahkan JR dianggap sebagai
pelopor Syiah di Indonesia.
Sebagai penguat, kami kutip dua sms dari salah seorang tokoh dan pengamat Islam yang hadir malam itu ke asatidzah Wahdah:
“TADI MALAM, IJABI LAKSANA MULAI MENGGALI LUBANG KUBURNYA SENDIRI.
MESKIPUN TAMPAKNYA MEREKA TDK MENYADARI DAN BOLEH JADI JUSTRU
SEBALIKNYA.”
“ ALHAMDULILLAH. SAYA TERINGAT, SEBGMNA KETIKA BUKU ISLAM ALTERNATIF
DITIMBANG O/ORG DEWAN DAKWAH, KETIDAKJUJURAN (KELICIKAN?) KG JALAL
SEMALAM, KEMBALI TERULANG-PAMER REFERENSI. TAPI MENGUTIP SEC TIDAK
FAIR. SMOGA KG JALAL MAU MENYADARINYA. WALLAHU A’LAM”
Kepada para pengagum dan pengikut JR agar tidak menelan
mentah-mentah pemikiran JR, yang banyak mengambil dalil dan pendapat
Ulama Ahlussunah secara sepotong-potong yang “menguntungkan” mazhabnya
sendiri, namun perkataan yang membantah mazhab tersebut dari ulama yang
sama tidak akan dikutip bahkan meskipun datang dalam konteks dan
rujukan yang sama. Semoga Allah menunjuki kita semua jalan yang lurus
dan mengembalikan ke jalan lurus itu orang-orang yang tersesat dan
menyimpang.
Sumber ; Wahdah.or.id
http://abuthalhah.wordpress.com/2009/01/07/kesalahan-jalaluddin-rakhmat-terbongkar-dalam-dialog-syiah-di-makassar/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment